Sebarkan.id – Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, menyebut 79 warga negara Indonesia (WNI) berhasil dievaluasi dari wilayah Lebanon yang berkonflik dengan Israel.
Menlu Retno mengatakan para WNI tersebut keluar dari Lebanon menggunakan jalur darat dan laut.
Dirinya menyebut mulanya tiga gelombang pertama evakuasi terjadi sejak 10 sampai 28 Agustus 2024, dan terdapat 25 WNI yang dievakuasi pihak Kemenlu RI di Lebanon.
Kemudian, sejak pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah terbunuh pada 27 September 2024, terdapat 40 WNI yang bersedia dievakuasi.
Namun, dirinya mengungkap proses evakuasi tersebut tidak dapat menggunakan jalur udara.
“Evakuasi terhadap 40 WNI ini yang 25 melalui udara. 40 WNI ini harus dilakukan evakuasi melalui darat, karena udara sudah semakin sulit, airspace sudah buka tutup,” kata Menlu Retno melalui keterangan pers di Jakarta, pada Jumat, 11 Oktober 2024.
Dirinya juga mengklaim, gelombang evakuasi WNI terbaru dari Lebanon sudah take off dari Kota Beirut pada Rabu, 9 Oktober 2024.
“Gelombang keenam take off dari Beirut 9 Oktober untuk 14 WNI dan sudah tiba kemarin di Soetta pada 10 Oktober 2024,” ungkapnya.
Menlu Retno juga mensyukuri kepulangan WNI dari wilayah konflik di Lebanon itu yang sekarang berjumlah 79 WNI ditambah 1 warga negara asing (WNA).
“Dengan demikian, WNI yang sudah berhasil dievakuasi per 10 Oktober adalah 79 WNI plus 1 warga negara asing yang merupakan spouse dari WNI,” tambahnya.
Menlu Retno juga turut menyampaikan dari laporan KBRI Beirut masih ada 85 WNI di Lebanon. Berdasarkan informasi, mereka belum mau dievakuasi ke Indonesia.
“Sebagai catatan KBRI Beirut mendata bahwa saat ini jumlah WNI di Lebanon masih 85 orang. Mayoritas adalah WNI yang menikah dengan warga negara Lebanon dan ini belum ingin dievakuasi,” tandasnya.
Konflik yang pecah antara Israel dan Lebanon itu membuat kementerian luar negeri bergerak cepat menyelamatkan para WNI, terkhusus dari pusat Kota Beirut yang hancur karena serangan udara Israel.
Serangan Udara Israel ke Pusat Kota Beirut, Lebanon
Dikutip dari Independent UK, laporan terbaru mengungkap serangan udara Israel ke pusat Kota Beirut telah menewaskan 22 orang akibat dua serangan udara Israel.
“Setidaknya 22 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka ketika Israel melancarkan serangan udara baru di pusat Kota Beirut,” kata Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lebanon, pada Jumat, 11 Oktober 2024.
Pihak Kemenkes Lebanon menjelaskan, serangan pertama menargetkan blok apartemen delapan lantai di wilayah Ras al-Naba.
Para saksi mengaku mendengar ledakan berulang-ulang di dalam gedung apartemen itu yang terjadi pada Kamis, 10 Oktober 2024.
Kemudian, serangan kedua ada di wilayah Burj Abi Haidar, yang dilaporkan telah meruntuhkan seluruh bangunan dan terlihat dilalap oleh api akibat serangan udara pada hari yang sama.
Menindaklanjuti hal itu, PBB menuduh Israel dengan sengaja menembaki posisi gedung agar dapat menipu menara pengawas udara di Lebanon Selatan.
Terbunuhnya Komandan Hizbullah
Dalam kasus lain, pihak Militer Pertahanan Israel (IDF) juga mengklaim di laman resmi media sosial X @IDF, telah membunuh seorang komandan Hizbullah, Araeb el Shoga.
“Pada Jumat pagi telah membunuh Araeb el Shoga, seorang komandan di unit rudal anti-tank Pasukan Radwan Hizbullah,” tulis IDF dalam cuitan X @IDF, pada Jumat, 11 Oktober 2024.
IDF menuturkan komandan Hizbullah itu terbunuh di Meiss El Jabal di Lebanon Selatan.
Pihak militer Israel itu juga mengklaim pembunuhan tersebut karena militer Israel telah mendeteksi satu rudal anti-tank yang ditembakkan dari Lebanon Selatan melintasi perbatasan Israel.
“El Araeb bertanggung jawab atas sejumlah serangan rudal anti-tank di Israel Utara,” tegas mereka.
Di sisi lain, dua serangan udara yang mengarah ke pusat Kota Beirut itu diakui IDF sebagai upaya penyerangan dan mencari keberadaan senjata pasukan Hizbullah.
“Selain itu IDF menyerang teroris yang beroperasi di dalam sebuah bangunan yang berdekatan dengan pasukan IDF,” terang IDF.
“Setelah serangan itu, sejumlah ledakan teridentifikasi menunjukkan keberadaan sejumlah besar senjata di daerah tersebut,” tutup pernyataan IDF tersebut. (*)