banner niagahoster
banner large

Gegara Dibilang ‘Lemah’, Seorang Anak Bunuh Ayahnya Sendiri: Bukti Pentingnya Pendidikan Moral dalam Keluarga

Komentar
X
Bagikan

Sebarkan.id – Setiap anak pasti suka meniru apa yang dilakukan orang-orang di sekitarnya, terlebih terhadap sikap dan perilaku orang tuanya.

Bahkan, perilaku anak acapkali mencerminkan pendidikan yang dilakukan orang tuanya sedari kecil.

banner 300x250

Namun, ada juga kasus yang mengungkap terjadinya tindakan pembunuhan seorang anak terhadap ayahnya akibat perlakukan buruk yang diterimanya sejak kecil.

Seorang anak itu bernama Seah Jie Kai Sylesnar (21), yang mengaku bersalah atas dakwaan pembunuhan berencana terhadap ayahnya bernama Seah Wee Teck Eddie (47) di Kawasan Kota Yishun, Singapura.

Serangkaian dokumen pengadilan memaparkan, almarhum ayah Sean adalah seorang pecandu alkohol dan telah melakukan kekerasan terhadap istri, dan kedua kakak Sean selama bertahun-tahun.

Namun, Hakim mengatakan, meski terdapat perlakuan tidak menyenangkan dari almarhum ayahnya, tidak dapat membenarkan tindakan kekerasan Sean untuk mengakhiri hidup seseorang.

Seah akhirnya dijatuhi hukuman enam tahun penjara oleh Pengadilan Singapura atas dakwaan tindakan pembunuhan berencana terhadap ayahnya, pada Senin, 30 September 2024.

Mari menyelami peristiwa yang melatari terjadinya kasus pembunuhan anak terhadap ayahnya di Singapura tersebut.

Awal Mula Penyerangan Akibat Sakit Hati

Pada Oktober 2022, Seah mendapatkan komentar pedas dari ayahnya yang menilai dirinya tidak berani melawan seseorang.

Kala itu, Seah dijuluki ‘banci’ oleh ayahnya dan menantang dirinya untuk menyerang seseorang menggunakan pisau.

Merasa sakit hati dan terhina, Seah sempat menyerang ayahnya dengan mengambil pisau dari dapur dan berusaha melukai dada ayahnya hingga terluka parah.

Khawatir Adanya Balas Dendam

Menurut pengacaranya, akibat peristiwa penyerangan yang menggunakan pisau terhadap ayahnya itu, muncul ketakutan dalam benak Seah karena sang ayah sempat mengungkap akan membunuhnya.

Ditambah lagi, ayahnya dahulu pernah terlibat perkelahian geng di masa mudanya.

Langkah pertama yang dilakukan Seah untuk mengatasi ketakutannya adalah mempersenjatai dirinya dengan dua pisau.

Peristiwa Pembunuhan Berencana

Pada 10 Oktober 2022, Seah mengamati ayahnya berjalan di dekat sebuah lift tempat tinggal mereka.

Tetiba Seah menyerang ayahnya menggunakan pisau dengan mengincar kepalanya. Namun, sang ayah sempat menangkis pukulan anaknya, sebelum akhirnya terjatuh dari tangga.

Melihat genangan darah ayahnya yang semakin banyak, Seah mendekatinya dan berteriak memanggil polisi.

Hasil otopsi mengungkap adanya 24 luka di tubuh ayah Seah, dan dipastikan tewas akibat pendarahan di luka lehernya.

Percakapan Terakhir Anak yang Membunuh Ayahnya

Dua Pengacara pembelanya bernama Sunil Sudheesan dan Joyce Khoo, menuturkan percakapan terakhir Seah dan ayahnya.

“Aku benar-benar membencimu,” kata Seah saat melihat ayahnya dalam kondisi kritis, sebagaimana yang dituturkan oleh pengacaranya.

“Maafkan aku, aku mencintaimu. Tolong maafkan aku,” jawab sang ayah saat berusaha menahan penyerangan sang anak.

Kemudian, Seah juga sempat meminta ayahnya untuk membunuhnya dengan meletakan pisau di lehernya.

Namun sang ayah yang sudah kritis itu mengatakan kepadanya untuk tidak melakukan aksi bunuh diri.

“Jangan lakukan itu, tidak ada gunanya,” kata ayah Seah menurut penuturan sang pengacara dalam kesempatan yang sama.

Berkaca dari peristiwa pembunuhan seorang anak terhadap ayahnya itu, berikut ini hal-hal yang dapat dijadikan pelajaran bagi orang tua:

Menghindari Kekerasan Verbal

Berdasarkan pernyataan fakta dari pengacaranya, menilai ayah Seah itu memiliki hubungan yang tegang dengan istri dan anak-anaknya.

Ayah dari Seah itu sering melakukan kekerasan verbal dalam keluarganya, akibat terlalu banyak minum alkohol.

Selain itu, kekerasan verbal juga sering berujung terhadap kekerasan fisik terhadap anak-anaknya saat mereka masih kecil.

Tidak Mengekang Emosi Anak

Pengacaranya juga mengungkap adanya didikan dari ayah Seah yang terlalu keras terhadap anak-anaknya.

Salah satunya, ketika Seah dan kakak-kakaknya masih kecil sering menahan emosi mereka ketika mendapatkan perlakuan kasar dari sang ayah.

Seah mengaku saat itu ayahnya akan memukulnya dengan tongkat jika dirinya menangis ketika mendapatkan hukuman sang ayah.

“Klien kami tidak diperbolehkan menangis selama hukuman itu karena ayahnya menganggap menangis sebagai kelemahan dan membuat ayahnya semakin marah,” ujar pengacara Seah dalam kesempatan yang sama.

Tidak Memberi Hukuman yang Keras Terhadap Anak

Hukuman yang didapatkan Seah dan kakak-kakaknya dari sang ayah, menunjukkan tindakan yang tidak normal dan terlalu kasar.

Kala itu, ayah Seah juga pernah memecahkan bola plastik ke kepala anaknya dan sering melempar buku ke arah mereka ketika sedang marah.

Kakak laki-laki Seah bahkan pergi dari rumah, setelah melihat laptopnya dihancurkan oleh sang ayah yang dinilai sebagai hukuman terhadapnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 728x90